Tokoh Bangsa - Ilustrasi tokoh bangsa Ki Hadjar Dewantoro yang dikenal dengan konsep kepemimpinannya: "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani." Ilustrasi: net.
Para pemimpin yang telah mencatatkan namanya dalam sejarah biasanya memiliki cerita yang menarik. Mereka sering memulai perjalanan mereka dari latar belakang yang sederhana, namun karena tekad dan dedikasi yang tinggi, mereka berhasil mencapai posisi yang sangat berpengaruh. Keberanian dan kebijakan yang mereka terapkan sering kali menjadi kunci keberhasilan dalam memimpin.
Salah satu contoh yang sangat inspiratif adalah Nelson Mandela. Ia dikenal sebagai pejuang anti-apartheid yang memimpin perjuangan melawan penindasan rasial di Afrika Selatan. Selama 27 tahun ia dipenjara, Mandela tidak hanya tetap berpegang pada keyakinannya, tetapi juga mempersiapkan dirinya untuk memimpin bangsa menuju rekonsiliasi dan pembangunan. Kebijaksanaan dan pendekatan inklusif yang ia terapkan merupakan pelajaran berharga dalam kepemimpinan.
Di sisi lain, Angela Merkel, sebagai mantan Kanselir Jerman, menunjukkan bagaimana kepemimpinan yang berbasis pada analisis dan pragmatisme dapat membawa stabilitas di tengah krisis. Ia dikenal karena kemampuannya dalam mengambil keputusan yang sulit dan mengubah tantangan menjadi peluang. Kepemimpinannya selama lebih dari satu dekade menjadi model bagi banyak pemimpin di seluruh dunia.
Sebagai pemimpin, belajar dari biografi mereka tidak hanya tentang memahami keberhasilan, tetapi juga mempelajari kegagalan dan bagaimana mereka bangkit dari situ. Kegagalan sering menjadi guru terbaik dalam hidup. Hal ini mengajarkan pentingnya ketahanan dan kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai situasi, suatu hal yang sangat diperlukan dalam dunia yang terus berubah.
Dalam menjalani kepemimpinan, mentransformasi visi menjadi tindakan nyata adalah aspek yang tidak boleh diabaikan. Biografi tokoh-tokoh politik ini memberikan wawasan tentang pentingnya membangun hubungan yang baik dengan berbagai stakeholder. Kemampuan untuk mendengarkan dan berkolaborasi dengan orang lain adalah pelajaran yang sangat penting bagi setiap pemimpin.
Melalui pembelajaran dari tokoh-tokoh tersebut, kita dapat merancang pendekatan kepemimpinan kita sendiri yang sesuai dengan waktu dan konteks yang dihadapi. Akhirnya, membaca biografi mereka bukan hanya tentang mengenal sejarah, tetapi juga tentang mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin yang lebih baik.
Di Indonesia, kita pun bisa belajar dari konsep kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara. Bapak Pendidikan Nasional Indonesia tersebut tidak hanya dikenal sebagai pelopor pendidikan bagi rakyat pribumi, tetapi juga sebagai seorang pemikir besar yang merumuskan konsep kepemimpinan yang relevan dan visioner hingga saat ini. Konsep kepemimpinan yang beliau ajarkan tidak hanya berlaku di dunia pendidikan, namun juga relevan dalam konteks kepemimpinan secara umum.
Konsepnya antara lain, Tri-Nga: Dasar Pemikiran Kepemimpinan. Konsep kepemimpinan Ki Hajar Dewantara berakar dari filosofi “Tri-Nga” — tiga kata yang berawalan “nga”, yaitu: Pertama, Ngerti (mengerti). Yakni seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai tugas dan peranannya. Ia harus paham terhadap kondisi dan kebutuhan orang yang dipimpinnya.
Kedua, Ngrasa (merasakan). Yakni pemimpin harus memiliki empati, mampu merasakan penderitaan, harapan, dan kebutuhan rakyat atau bawahannya. Ini menjadi dasar dari kepemimpinan yang humanis dan berorientasi pada kesejahteraan bersama. Ketiga, Nglakoni (melakukan). Yakni pengetahuan dan empati tidak cukup tanpa tindakan. Pemimpin yang sejati adalah mereka yang turun langsung, memberi contoh dan melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.
Prinsip kepemimpinan ala Ki Hadjar Dewantoro yang lain yakni "Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani". "Ing Ngarso Sung Tulodho" berarti
di depan memberi teladan. Pemimpin harus menjadi contoh dalam sikap, tindakan, dan integritas moral. "Ing Madya Mangun Karso" berarti di tengah membangun semangat. Seorang pemimpin tidak boleh berjarak dengan yang dipimpinnya. Ia harus mampu memotivasi, menginspirasi, dan membangun kebersamaan.
"Tut Wuri Handayani" berarti di belakang memberi dorongan. Pemimpin yang baik memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada orang lain untuk berkembang, sambil tetap memberikan dukungan dari belakang.
Kepemimpinan ala Ki Hadjar Dewantara menekankan pada pendekatan humanis. Menempatkan manusia sebagai subjek utama dalam proses pendidikan dan pembangunan. Pemimpin menurut beliau bukanlah penguasa, melainkan pelayan dan pengarah, yang membimbing tanpa menindas, mendidik tanpa memaksa.
Selain itu, konsep beliau juga bersifat transformatif, mendorong perubahan dari dalam melalui kesadaran, pendidikan, dan keteladanan. Dengan pendekatan ini, perubahan yang dihasilkan lebih berkelanjutan karena tumbuh dari akar masyarakat itu sendiri.
Dalam konteks kekinian masih relevan, terutama dalam dunia pendidikan, organisasi, maupun pemerintahan. Model kepemimpinan yang mengutamakan keteladanan, empati, dan pemberdayaan ini menjadi kebutuhan di tengah kompleksitas sosial saat ini. Pendidikan bukan hanya soal transfer ilmu, tapi juga soal pembentukan karakter dan budaya kerja kolektif. Dengan semangat “Tut Wuri Handayani”, kepemimpinan ideal adalah yang membebaskan dan memberdayakan. (SR/BM)
Type above and press Enter to search.
Type above and press Enter to search.