TOLAK POLITIK UANG - Ilustrasi kampanye tolak dan lawan politik uang dalam pemilihan umum. Ilustrasi: net.

SAREKATRAKYAT.COM - Pendidikan politik seharusnya menjadi fondasi demokrasi yang kokoh, namun saat ini kita dihadapkan pada dilema yang meresahkan. Dalam era di mana politik uang merajalela, pertanyaan besar pun muncul: bagaimana generasi muda dapat memahami arti sejati dari politik ketika nilai-nilai fundamental telah ternodai oleh praktik-praktik korupsi?

Pendidikan politik adalah alat yang ampuh untuk membangun kesadaran masyarakat. Namun, bagaimana bisa kita mengharapkan hal itu berjalan dengan baik ketika money politics menguasai panggung politik negara? Generasi baru yang seharusnya mendapatkan pelajaran berharga tentang tanggung jawab publik justru terjebak dalam kebisingan transaksi ilegal dan manipulasi suara. Mereka dibombardir dengan citra bahwa politik adalah arena untuk mencari keuntungan pribadi, bukan platform untuk melayani masyarakat.

Melihat kenyataan ini, menjadi tidak mengherankan jika sikap apatis semakin mengakar dalam diri kaum muda. Ketika uang mampu membeli suara, janji-janji akan perubahan pun hanya menjadi kosong belaka. Mereka yang seharusnya menjadi agen perubahan justru berfokus pada mencari cara untuk mendapatkan keuntungan dalam sistem yang sudah busuk. Di sinilah, dilema belajar politik muncul: apa gunanya belajar tentang demokrasi ketika semua prinsip tersebut dapat diremehkan dengan segepok uang?

Ini bukan hanya sekadar masalah individu, tetapi lebih luas lagi adalah wabah yang menggerogoti tatanan sosial. Ketika pendidikan politik tidak lagi dihargai, kekuasaan yang seharusnya ada di tangan rakyat justru beralih ke segelintir orang yang berada di puncak piramida kekuasaan. Masyarakat gagal menyadari bahwa suara mereka dapat diperdagangkan, dan bukan hanya saat pemilu saja, tetapi setiap hari. Di balik topeng euforia demokrasi, kita menyaksikan kemerosotan moral yang sangat memprihatinkan.

Politik uang tidak hanya merusak proses pemilu, tetapi juga menghilangkan kepercayaan publik terhadap sistem politik. Suara-suara kecil yang berusaha mengedukasi masyarakat tentang pentingnya integritas dan partisipasi sibuk meneriakkan pesan mereka di tengah hiruk-pikuk transaksi yang mengerikan. Para pemuda yang mencari teladan sering kali malah menemukan para pemimpin yang lebih memilih korupsi daripada kepemimpinan yang jujur.

Karena itu, penting bagi kita untuk bertanya: apa solusi untuk memecahkan kebuntuan ini? Apakah kita akan terus berdiam diri sambil menyaksikan kehancuran demokrasi yang kian mendekat? Di sinilah peran penting pendidikan datang. Pendidikan politik yang holistik dan menyeluruh sangat diperlukan agar kaum muda tidak hanya tahu cara memilih, tetapi juga memahami mengapa mereka harus memilih.

Menciptakan sistem pendidikan politik yang menyentuh berbagai aspek, mulai dari sejarah hingga dasar-dasar hukum, merupakan langkah awal yang harus segera diambil. Dalam konteks Indonesia, di mana politik uang masih dianggap sebagai hal yang wajar, bentuk pendidikan yang inovatif ini dapat menjadi alat untuk membuka mata masyarakat. Mereka perlu diajarkan bahwa menjadi bagian dari pemerintahan bukanlah sekadar mendapatkan kursi, tetapi tentang berkontribusi untuk kesejahteraan bersama.

Pendidikan harus menantang dan menggugah kesadaran, tidak hanya sekadar menghafal fakta-fakta yang tidak relevan. Menggunakan metode yang interaktif dan melibatkan partisipasi aktif dari siswa akan menjadi kunci untuk memicu kepentingan dan rasa memiliki terhadap proses politik. Ketika generasi muda terlibat langsung, mereka akan lebih memahami betapa berharganya hak suara yang mereka miliki dan bagaimana mereka dapat menggunakannya untuk membuat perubahan.

Di sisi lain, kebijakan pemerintah pun perlu diperkuat untuk memberantas politics of money ini. Memperketat regulasi yang menyangkut pembiayaan kampanye politik adalah langkah awal yang bisa diambil. Melalui transparansi dalam pendanaan, diharapkan kepercayaan publik akan kembali pulih. Namun, tanpa adanya kesadaran dari masyarakat, usaha tersebut bisa jadi hanya akan menjadi sia-sia. Maka dari itu, pendidikan politik yang berkualitas akan menjadi front utama dalam melawan politik uang.

Tentu saja, tantangan yang dihadapi sangat besar. Banyak praktik korupsi yang telah menjadi budaya di dalam tubuh pemerintahan dan partai politik. Namun, niat baik dan tekad untuk memperbaiki keadaan harus diutamakan. Kesadaran untuk melawan harus mulai dibangun dari sekarang. Tanpa adanya komitmen kolektif, situasi ini hanya akan menjadi siklus yang tak berujung, di mana politik akan semakin jauh dari prinsip-prinsip demokrasi yang seharusnya dijunjung tinggi.

Generasi muda adalah harapan masa depan. Mereka harus diajari bahwa politik adalah tentang lebih dari sekadar kekuasaan pribadi. Dengan pendidikan yang tepat, mereka bisa menjadi garda terdepan dalam perjuangan melawan sistem yang korup. Inilah saatnya untuk menuntut perubahan yang nyata. Dilema belajar politik di tengah maraknya politics of money bukanlah hal yang harus diterima begitu saja; melainkan, itu adalah tantangan yang harus dihadapi dengan keberanian dan semangat juang yang tak kenal lelah. (SR/BM)

Share this article
The link has been copied!