

Foto: Pangesti/melihatindonesia.id
SAREKATRAKYAT.COM Pasangan Prabowo Gibran memasuki masa pemerintahan dengan membawa segudang janji kampanye, salah satunya pembukaan 19 juta lapangan pekerjaan baru. Gibran menyebut angka itu dangan penuh keyakinan seolah menjadi angin segar yang menghembuskan ditengah kekhawatiran publik soal pengangguran. Namun, saat ini realita yang muncul justru berbanding terbalik: gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal melanda berbagai sektor, sementara janji lapangan kerja masih sebatas wacana.
Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, pada Januari 2025, sebanyak 3.325 orang mengalami PHK. Di tahun sebelumnya, jumlah karyawan terdampak PHK mencapai 80.000 orang. Bahkan, Konfederasi Serikat Pekerja (KSPI) melaporkan bahwa pada Januari hingga Februari saja, angka PHK nasional telah menembus 60.000, dengan mayoritas berasal dari sektor padat karya. Kontras antara janji dan kenyataan ini semakin menajam, terutama saat Prabowo mengoreksi target pembukaan lapangan kerja menjadi hanya 8 juta hingga 2029, pada maret lalu.
Tekanan ekonomi dan meningkatnya kecemasan politk membuat wajar bila masyarakat menagih realisasi janji-janji masa kampanye. Banyak orang kehilangan arah, berharap pada pembukaan lapangan kerja secara besar-besaran, bukan justru dihantui gelombang PHK. Pemerintah dituntut bertidak cepat terlebih jika mengacu pada jumlah pengangguran di Indonesia, setidaknya dibutuhkan 3,86 juta lapangan pekerjaan baru setiap tahun agar target 8 juta dapat tercapai pada 2029.
sayangnya, lapangan kerja justru terasa semakin sempit dan terbatas pada kalangan tertentu. Standar perekrutan perusahaan yang tidak rasional, seperti batas usia maksimal 25 tahun dan syarat pendidikan minimal S1, mencerminkan diskriminasi yang mempersempit akses masyarakat terhadap pekerjaan. Di sinilah seharusnya peran negara hadir mengatur standar yang adil, bukan menyerahkan seluruh kendali pada mekanisme pasar.
Pemerintah menggadang hilirisasi sebagai solusi pembuka lapangan kerja. Namun publik mulai mempertanyakan: apakah hilirisasi benar-benar solusi atau hanya halusinasi? sebab, hilirisasi membutuhkan waktu panjang, investasi besar, kesiapan infrastruktur dan tenaga kerja terampil, sementara masyarakat membutuhkan pekerjaan sekarang, bukan nanti.
Paradoks semakin terlihat ketika Gibran menyebut lima juta dari target 19 juta pekerjaan akan berasal dari sektor green jobs, yang menjanjikan keberlanjutan lingkungan. Sayangnya, banyak pekerjaan yang diklaim sebagai green jobs justru tidak memberikan perlindungan yang layak: upah rendah, tanpa jaminan kerja, dan minim manfaat bagi pekerja. Jika tak dirancang dengan matang, wacana ini hanya akan menjadi ilusi hijau tanpa makna.
Ironisnya pemerintahan Prabowo-Gibran mengaku sebagai kelanjutan dari rezim sebelumnya. Bila demikian, maka mereka harus menyelesaikan persoalan-persoaln yang belum tuntas, bukan menambah daftar catatan kegagalan. Hilirasasi yang kerap digaungkan juga perlu dievaluasi:apakah benar mendatangkan manfaat atau malah menjadi dalih pembenaran bagi kerakusan lingkungan yang dilakukan perusahaan ekstraktif.
Faktanya, proyek tambang yang disebut-sebut menyerap banyak tenaga kerja justru menjadi biang kerusakan lingkungan dan perampasan lahan. Ini bukan rahasia umum lagi, tapi sayangnya pemerintah sering bersembunyi di balik narasi pembangunan dan penciptaan lapangan kerja.
Belakangan, pemerintah tampak kesulitan mencari jalan keluar dari krisis ketenagakerjaan di tengah keterbatasan anggaran dan tekanan ekonomi global. Koreksi target dari 19 juta menjadi 8 juta lapangan kerja adalah sinyal gamblang bahwa pemerintah memiliki peta jalan yang tidak konsisten. Lalu, bagaimana nasib jutaan penganggur jika program-program kerja ini gagal terealisasi?
Publik masih menunggu langkah konkret. Karena membuka lapangan pekerjaan yang layak tidak semudah mengucapkannya dalam pidato. Butuh keberanian politik, regulasi yang memihak, serta visi yang tidak terbatas retorika. (SR/Rizal)
Tirto.id, Menguji Klaim Banyak Tenaga Kerja Baru di Tengah PHK Massal, 6 Maret 2025.
Tirto.id, Menagih Janji Prabowo-Gibran Buka 19 Lapangan Pekerjaan, 26 Maret 2025.
Bisnis.com, Bukan 19 Juta Prabowo Targetkan 8 Juta dalam 5 Tahun, 20 Maret 2025.
Type above and press Enter to search.
Type above and press Enter to search.