Teori Hegemoni - Ilustrasi Antonio Gramsci yang dikenal dengan teori hegemoninya. Foto: net.

SAREKATRAKYAT.COM - Konsep hegemoni yang dikemukakan oleh Antonio Gramsci memiliki relevansi yang tinggi terutama di tengah peningkatan penggunaan media sosial saat ini. Dalam konteks ini, hegemoni tidak hanya dipahami sebagai dominasi budaya, tetapi juga sebagai cara bagaimana ide-ide tertentu dapat mendominasi ruang publik dan mempengaruhi perilaku masyarakat.

Di era digital, media sosial berfungsi sebagai platform di mana berbagai narasi dan pandangan bisa saling bertarung. Isu-isu sosial, politik, dan budaya sering kali diperbincangkan dengan intens, dan dalam banyak kasus, pandangan mayoritas dapat menciptakan hegemoni baru. Ini berarti, apa yang dianggap sebagai opini umum di media sosial bisa memengaruhi norma-norma sosial yang ada.

Misalnya, dalam sebuah kampanye sosial, ide-ide yang beredar di platform-platform seperti Twitter atau Instagram bisa dengan cepat mendapatkan perhatian, lalu menjadi dominan dalam wacana publik. Dalam proses ini, suara-suara yang mungkin tidak sepopuler bisa teralienasi, menciptakan ketidaksetaraan dalam representasi.

Lebih jauh lagi, keterlibatan pengguna dalam mendistribusikan dan membagikan konten membuat mereka menjadi bagian dari proses penciptaan hegemoni ini. Dengan demikian, penting bagi pengguna media sosial untuk menyadari peran yang mereka mainkan dalam membangun atau mendobrak hegemoni yang ada saat ini.

Secara keseluruhan, analisis terhadap hegemoni dalam konteks media sosial memberikan kita pemahaman yang lebih mendalam mengenai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat modern. Dengan cara ini, kita diharapkan dapat lebih kritis dalam menyikapi berbagai informasi yang berkembang di dunia maya. (SR/BM)

Share this article
The link has been copied!