Presiden Prabowo Subianto berbincang dengan Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri jelang Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Lapangan Kementerian Luar Negeri Jakarta, Senin (2/6/2025). ANTARA/HO-Biro Pers Setpres/am.


SAREKAT RAKYAT.COM - Pertemuan hangat antara Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pada Sabtu (1/6), bertepatan dengan peringatan Hari Lahir Pancasila, menandai babak baru hubungan dua tokoh politik yang dulu pernah berseberangan. Setelah sekian lama dinanti, perjumpaan ini kembali memantik spekulasi: akankah Megawati kembali ke lingkar kekuasaan, dan Indonesia kehilangan oposisi?

Apa yang Terjadi?
Pertemuan tertutup itu berlangsung selama lebih dari satu jam di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta. Presiden Prabowo datang bersama sejumlah ajudan dan disambut langsung oleh Megawati dan jajaran elite PDI-P. Tak ada pernyataan resmi dari kedua pihak, namun Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad membenarkan bahwa pertemuan itu berlangsung "dalam suasana hangat dan penuh hormat".

Mengapa Pertemuan Ini Penting?
Pasca-Pilpres 2024, PDI-P memilih berada di luar pemerintahan setelah kecewa dengan keputusan Jokowi yang mendukung pasangan Prabowo–Gibran. Ketegangan makin memuncak setelah PDI-P secara resmi memecat Jokowi, Gibran, dan Bobby Nasution dari keanggotaan partai pada akhir 2024.

Namun, pertemuan Megawati dan Prabowo menunjukkan bahwa tak ada luka yang tak bisa dijahit dalam politik. "Kalau Megawati merapat ke Prabowo, Indonesia bisa saja benar-benar tanpa oposisi di parlemen," ujar analis politik dari CSIS, Arya Fernandes.

Sejarah Prabowo - Mega: Dari Batu Tulis hingga Teuku Umar
Pada Pilpres 2009, Megawati dan Prabowo pernah menjadi pasangan capres-cawapres, namun kalah dari SBY-Boediono. Keduanya bahkan menandatangani Perjanjian Batu Tulis—komitmen PDI-P untuk mendukung Prabowo di Pilpres 2014. Namun, janji itu sirna seketika saat Megawati mengusung Jokowi sebagai capres.

Ketegangan berlangsung hingga 2019, namun mencair saat Prabowo masuk kabinet Jokowi sebagai Menteri Pertahanan. Kini, setelah Jokowi "dipecat" oleh partai, Megawati tampaknya kembali merapat ke Prabowo—kawan yang menjelma lawan lama yang kini jadi penguasa.

Bagaimana Dampaknya?
Jika PDI-P bergabung ke dalam koalisi, maka seluruh partai besar akan berada dalam lingkar kekuasaan. Ini menimbulkan kekhawatiran tentang hilangnya kontrol dan keseimbangan dalam sistem demokrasi.

"Kita berpotensi menghadapi koalisi gemuk tanpa oposisi yang efektif. DPR bisa jadi hanya stempel kebijakan pemerintah," kata peneliti LIPI, Siti Zuhro.

Momen ini menjadi sorotan karena menurut Hensa, ini menjadi kali pertama Megawati dan Gibran bertemu secara langsung dalam acara resmi pasca-Pilpres 2024. Analis komunikasi politik Hendri Satrio menyebut, Prabowo tampak sekali ingin merangkul seluruh pihak termasuk Megawati yang tidak berada di dalam pemerintahan saat ini

Ke Mana Arah Politik Megawati?
Pertemuan ini bisa dibaca sebagai manuver Megawati untuk menegosiasikan posisi PDI-P dalam lanskap politik baru, sambil menunjukkan bahwa Prabowo membutuhkan legitimasi sejarah dan nasionalisme yang melekat pada sosoknya.

Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan Megawati. Pertanyaannya: apakah ia siap memadamkan api perlawanan demi kehangatan politik baru?


Sumber:

  • IDN Times, “Kilas Balik Kemesraan Megawati–Prabowo”

  • Kompas.id, “Babak Baru Relasi Megawati dan Prabowo”

  • Suara.com, “Drama Politik Batu Tulis”

  • The Australian, “Indonesian Political Heavyweights Finally Clear the Air”

    Mediaindonesia.com, "Prabowo Dinilai Bijaksana Tak Menempatkan Gibran di Depan Megawati"

Share this article
The link has been copied!