Pramono Buktikan Janji Transportasi Publik atau Terperosok?
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2559051/original/095335400_1546242244-IMG-20181231-WA0016.jpg)
Kurniawati bukanlah satu-satunya penduduk di pinggiran Jakarta yang mengalihkan pilihannya ke layanan TransJabodetabek. Di pagi yang cerah, ia dengan semangat menyongsong halte TransJabodetabek yang terletak di kawasan Vida Bekasi. Ketertarikan masyarakat terhadap layanan ini sedang meningkat pesat, dan peluncuran rute baru TransJabodetabek merupakan bagian dari janji kampanye Pramono Anung dan wakilnya, Rano Karno.
Sejumlah rute baru untuk bus TransJabodetabek telah diresmikan, memberikan kemudahan bagi warga yang tinggal di wilayah Jatiasih, yang sebelumnya harus menempuh jarak jauh ke stasiun tanpa pilihan TransJakarta. “Sangat membantu karena di Jatiasih ini ke stasiun jauh dan enggak ada TransJakarta sebelumnya,” ungkap Kurniawati saat ditemui. Ini mencerminkan harapan baru bagi penyusup transportasi di wilayah tersebut.
Pembukaan rute baru ini tidak hanya sekadar proyek infrastruktur, tetapi juga tanda bahwa kepemimpinan Pramono Anung berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat. “Lebih enak naik TransJabodetabek ini, karena murah ongkosnya,” tambah Kurniawati, menegaskan betapa pentingnya harga terjangkau dalam transportasi umum.
Menyusuri jalanan Jakarta, Gubernur Pramono Anung terlihat naik bus TransJakarta di hari pertama kebijakan yang mengharuskan ASN menggunakan transportasi umum. Dia juga menjelaskan bahwa saat ini sedang dipersiapkan hub baru yang akan menghubungkan berbagai rute transportasi, termasuk yang ada di Blok M. “Kita akan punya hub baru, apakah di lapangan Banteng, apakah di Kuningan, sekarang sedang kita godok untuk segera diputuskan,” kata Pramono Anung menandakan progres yang berkelanjutan.
Namun, banyak pihak yang bertanya-tanya tentang seberapa meratanya akses layanan TransJabodetabek ini. Pengamat transportasi, Azas Tigor, menyatakan bahwa keberadaan layanan ini merupakan langkah nyata dalam menjawab kebutuhan masyarakat di kota-kota satelit Jakarta yang selama ini kesulitan menjangkau transportasi umum menuju pusat kota. Namun, ia menekankan, salah satu elemen penting yang harus dibenahi adalah sistem transportasi yang lebih terintegrasi.
Kembali ke Kurniawati, wanita ini memiliki taktik tersendiri untuk mengatasi masalah transportasi ini; dia memilih untuk berangkat lebih pagi untuk menghindari kemacetan yang sudah menjadi takdir bagi Jakarta. Kini, dengan tarif hanya Rp3.500 sekali jalan, ia tidak lagi harus tiba di kantor dalam keadaan lelah akibat terpapar panas dan polusi. Hal ini menunjukkan bahwa pilihan yang tepat dalam menggunakan transportasi umum bisa memberi dampak positif terhadap kualitas hidup.
Gubernur Pramono Anung, dalam penampilannya di berbagai kesempatan, menunjukkan komitmen untuk menjadikan Jakarta sebagai kota inklusif. Tujuan ini sangat penting, terutama bagi semua kelompok masyarakat yang berhak mendapatkan akses yang setara terhadap layanan publik. Rute baru yang diresmikan pada 15 Mei lalu direncanakan untuk mengakomodasi kawasan permukiman padat yang sebelumnya diabaikan oleh bus reguler, menunjukkan bahwa perubahan positif sedang berlangsung.
Setiap langkah menuju perbaikan seperti ini sangat penting, karena misi Pramono Anung bukan hanya tentang meresmikan rute baru, melainkan juga mewujudkan konsep transit-oriented development (TOD). Dengan adanya hub baru, interkoneksi antar moda transportasi diharapkan dapat terwujud, tanpa mengabaikan hak-hak penyandang disabilitas maupun pejalan kaki. Setiap langkah ini seharusnya menjadi prioritas utama untuk memastikan bahwa semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaatnya.
Kembali pada Kurniawati dan banyak masyarakat lainnya, mereka semakin sadar bahwa mengandalkan kendaraan pribadi bukanlah satu-satunya pilihan. Peningkatan layanan transportasi umum memberikan alternatif yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Saat Jakarta bertransformasi menuju sistem transportasi yang lebih baik, masyarakat pun dituntut untuk beradaptasi dan menjadi bagian dari perubahan tersebut.
Kita semua tahu bahwa Jakarta menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kemacetan yang parah hingga polusi yang mengancam kesehatan. Namun, dengan adanya layanan seperti TransJabodetabek, harapan untuk masa depan yang lebih baik terus berkembang. Masyarakat di pinggiran Jakarta kini tidak hanya memiliki angkutan yang lebih terjangkau, tetapi juga lebih nyaman dan efisien.
Namun, harapan ini harus diiringi dengan konsistensi dan komitmen dari pemerintah untuk terus memperbaiki dan memperluas jaringan transportasi umum. Pemerintah mesti mendengar suara warganya dan melakukan inovasi untuk menghadapi beragam masalah transportasi yang ada. Jika tidak, inisiatif seperti TransJabodetabek bisa terancam gagal memenuhi harapan masyarakat yang tinggi.
Dengan demikian, masa depan transportasi publik di Jakarta terletak di tangan kita semua—pengguna, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya. Kebangkitan layanan seperti TransJabodetabek menunjukkan bahwa kita bisa bergerak menuju masa depan yang lebih baik, namun usaha terus-menerus dan kerjasama yang solid diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Sudah saatnya kita beralih ke transportasi publik yang lebih efisien dan mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi untuk menciptakan Jakarta yang lebih bersih dan nyaman.