SAREKATRAKYATDalam pernyataan publik yang menuai sorotan tajam, Menteri Kebudayaan Fadli Zon membantah keterlibatan Presiden Prabowo Subianto dalam kasus penculikan aktivis 1997–1998. Ia menyebut tidak pernah ada bukti, meski putusan Dewan Kehormatan Perwira (DKP) dan laporan Komnas HAM justru menunjukkan sebaliknya.

Pernyataan itu dilontarkan dalam program Real Talk with Uni Lubis, Senin (8/6/2025), ketika Fadli ditanya apakah sejarah penculikan yang melibatkan Prabowo akan dicatat dalam revisi buku sejarah Indonesia. “Gak pernah ada bukti juga,” ujarnya ringan, menepis fakta-fakta historis yang telah lama menjadi tuntutan keadilan keluarga korban.

Padahal, DKP TNI secara resmi menyatakan Prabowo bertanggung jawab atas operasi penangkapan aktivis. Komnas HAM bahkan mengategorikan peristiwa tersebut sebagai pelanggaran HAM berat. Namun, alih-alih membuka ruang bagi ingatan kritis dan narasi korban, Fadli justru mengarahkan perbincangan ke soal krisis moneter sebagai pemicu reformasi, menempatkan masalah ekonomi di atas kekerasan struktural negara terhadap warganya.

Lebih jauh, Fadli menyiratkan bahwa sejarah tetap harus disunting demi "kebijaksanaan", menghindari pemicu konflik ras, agama, atau etnis. Sebuah argumen yang kerap digunakan untuk menutupi pelanggaran oleh aktor-aktor kuat dalam sejarah. Di balik wacana "tidak ingin konflik", ada upaya sistematis untuk menghindari pertanggungjawaban dan mengukuhkan narasi dominan versi penguasa.

Rencana penerbitan buku sejarah versi pemerintah sebanyak 10 jilid pada 17 Agustus 2025 pun dipertanyakan arah politik dan etisnya. Apakah buku itu akan menjadi ruang klarifikasi publik atau justru menjadi instrumen rekayasa ingatan nasional?

Pernyataan Fadli bahwa “gak pernah ada bukti” bukan sekadar klaim, tetapi bagian dari kontestasi atas siapa yang berhak menulis sejarah—sejarawan independen atau elite politik yang kini memegang kuasa? Ketika sejarah ditulis dari menara kekuasaan, apa yang tersisa dari ingatan korban dan hak publik atas kebenaran?

Dalam konteks ini, sejarah bukan hanya tentang masa lalu, melainkan juga tentang perebutan narasi, keadilan yang tertunda, dan bagaimana negara memilih untuk mengingat—atau melupakan (SR/NA).

Sumber: IDN TIMES, “(Fadli Zon Bantah Sejarah Prabowo Terlibat Penculikan Aktivis: Gak Pernah Ada Bukti)”; Youtubehttps://www.youtube.com/watch?v=H1gYkKIZjKU

 

Share this article
The link has been copied!