SAREKAT RAKYAT.COM – Senin dini hari, 9 Juni 2025 — Sebuah kapal sipil bernama Madleen perlahan melaju di atas air tenang perairan internasional, mendekati Jalur Gaza. Di dalamnya, 12 aktivis kemanusiaan dari berbagai penjuru dunia duduk berjajar, membawa harapan ditengah kehancuran. Di antara mereka, aktivis iklim terkemuka Greta Thunberg, anggota parlemen Uni Eropa Rima Hassan, dan aktor Game of Thrones, Liam Cunningham. Misi mereka sederhana: mengantar bantuan—susu formula dan obat-obatan—ke Gaza yang terkepung, tempat bayi-bayi kini menangis kelaparan.

Namun,laut tak lagi menjadi tempat netral bagi bantuan kemanusiaan. Israel, yang sejak awal telah memantau pergerakan kapal Madleen, mengerahkan unit komando elit Shayetet 13—pasukan yang biasa diturunkan dalam operasi militer berisiko tinggi—untuk menghadang kapal tak bersenjata tersebut. Konfirmasi datang kemudian: Madleen dicegat. Komunikasi terputus. Para aktivis, termasuk Thunberg dan Hassan, ditangkap. Dunia menyaksikan—dalam ketakutan dan kemarahan.

“Jika Anda melihat video ini, kami telah dicegat dan diculik di perairan internasional oleh pasukan pendudukan Israel, atau pasukan yang mendukung Israel,” ujar Greta Thunberg dalam sebuah rekaman video yang diunggah ke platform X. Video itu dengan cepat beredar luas, menjadi alarm global atas apa yang sedang terjadi di laut yang seharusnya menjadi ruang bebas dari kekerasan negara.

Kapal Madleen bukan kapal perang. Ia bagian dari Freedom Flotilla Coalition, armada sipil yang menolak diam terhadap pengepungan Gaza yang telah berlangsung selama hampir dua dekade. Mereka berangkat dari Sisilia pekan lalu, melintasi Laut Mediterania dengan satu tujuan: menerobos blokade yang telah menciptakan krisis kemanusiaan di wilayah Palestina itu.

Rima Hassan, dalam pernyataan terakhirnya sebelum ditangkap, berkata jelas, “Ada duabelas dari kami warga sipil di atas kapal. Kami tidak bersenjata. Yang ada hanya bantuan kemanusiaan.”

Banyak pihak mengecam keras insiden ini, menyebutnya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional. Menyerang kapal sipil di perairan internasional bukan hanya tindakan agresif, tetapi dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang. Apalagi ketika kapal itu membawa bantuan medis dan makanan untuk warga sipil yang kelaparan akibat blokade—yang sendiri dianggap ilegal oleh berbagai badan internasional.

Masih platform X, seruan mulai menggema. Warga dunia diminta menghubungi menteri luar negeri masing-masing, menuntut agar negara-negara asal para aktivis bertindak cepat menyelamatkan warganya. Ini bukan sekadar penyanderaan, tapi juga peringatan keras terhadap siapa pun yang berani menentang rezim pengepungan dan militerisasi.

Perang antara Israel dan Hamas kini memasuki bulan ke-21. Di darat, Gaza berubah menjadi puing dan duka. Di laut, kapal Madleen menjadi simbol bahwa bahkan aksi damai dan kemanusiaan pun kini tak luput dari kekerasan negara. (SR/ASM)

 

Sumber:

CNN Indonesia,"Bersiap Masuk Gaza, Kapal Bantuan Greta Thunberg Akan Diserbu Israel".

Share this article
The link has been copied!